Salah satu keistimewaan ummat Nabi
Muhammad SAW adalah kitab- kitab suci sebelum Al Qur'an seperti Taurat
dan Injil menginformasikan tentang karakteristik mereka sebagaimana
disebutkan dalam surat Al Fath ayat 29 saat menjelaskan sifat- sifat
para sahabat beliau yang artinya: "Muhammad itu
adalah utusan Allah SWT dan orang- orang yang bersama dengan Dia adalah
tegas terhadap orang- orang kafir, tetapi berkasihsayang sesama mereka,
kamu lihat mereka ruku' dan sujud mengharapkan karunia Allah SWT dan
keridhaan NYA, tanda- tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat- sifat mereka dalam Taurat, dan sifat- sifat
mereka dalam Injil yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya.
Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan
tegak lurus diatas akarnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan sifat dan keberadaan para sahabatnya). Allah menjanjikan kepada
orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar".
Karakter-
karakter terpuji yang patut ditiru kaum muslimin sekarang inilah yang
membuat sahabat beliau dahulu mampu menaklukkan dan menguasai dunia.
Mereka saling menyayangi sebab ikatan uman dan bersikap tegas terhadap
golongan kafir.
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Imam Malik menyatakan, "Saya
mendapat informasi bahwa tatkala orang- orang Nasrani melihat para
sahabat Nabi SAW yang menaklukan Syam, mereka berkomentar, "Demi
Allah, para sahabat ini lebih baik dari pada para murid setia Nabi Isa
(Hawriyyin) berdasarkan informasi yang sampai kepadaku".
Berdasarkan
ayat ini yang menjelaskan karakter- karakter mulia para sahabat yang
membela dan mendukung perjuangan Rasulullah SAW laksana tanaman dengan
tunasnya hingga membuat orang- orang kafir jengkel. Imam Malik
berpendapat bahwa siapun yang jengkel atau membenci para sahabat
Rasulullah SAW berarti telah keluar dari Islam atau kafir. Pandangan
Imam Malik ini disepakati banyak ulama.
Imam
Addarimi meriwayatkan dalam kitab Musnadnya dan Ibnu Asakir dari Ka'b
Al Ahbar bahwa dalam barisan pertama (dalam kitab suci sebelum Al
Qur'an) terdapat keterangan "Muhammad adalah utusan Allah, hamba Ku yang
terpilih, tidak berkata kotor, tidak bersikap anarkis, tidak berteriak
di pasar, tidak membalas perbuatan buruk dengan keburukan tetapi beliau
memaafkan dan mengampuni, beliau lahir di Makkah, hijrah ke Madinah dan
kekuasaanya di Syam (Wilayah yang saat ini berada antara Palestina,
Suriah, Yordania dan Lebanon)".
Dalam barisan kedua terdapat keterangan
"Muhammad adalah utusan Allah, ummat beliau adalah orang- orang yang
banyak memuji Allah dikala senang dan susah, mereka memuji Allah di
setiap tempat, mengagungkan nama Allah saat berada di tempat yang
tinggi, mereka senantiasa memperhatikan gerakan dan posisi matahari,
mereka melakukan sholat pada waktunya meskipun sedang berada di atas
tumpukan sampah, mereka mengenakan kain yang diikatkan pada perut,
mereka membersihkan anggota tubuh mereka dengan berwudlu', dan suara
dzikir mereka di malam hari terdengar di angkasa laksana suar dengung
tawon".
Dalam
riwayat lain dari Imam Addarimi, Ibnu Sa'd dan Ibnu 'Asakir terdapat
tambahan " Mereka berbaris saat melakukan sholat seperti berbaris saat
menghadapi peperangan, gemuruh suara mereka di masjid laksana dengung
suara tawon, suar muaddzin mereka yang mengumandang adzan terdengar di
langit".
Dalam
riwayat Az Zubair bin Bakkar dan Abu Nu'aim juga terdapat tambahan
"Kitab Suci mereka tersimpan dalam hati mereka, kurban yang mereka
persembahkan kepada KU adalah darahnya, mereka seperti pendeta di malam
hari (Melakukan sholat malam), dan laksana singa disiang hari".
Berangkat
dari paparan di atas kita kaum muslimin sepatutunya berusaha keras
meneladani karakter- karakter sahabat Rasulullah SAW yang termaktub
dalam Al Qur'an dan hadist di atas agar bisa meraih kejayaan sebagaimana
yang mereka raih dan tidak terpuruk dalam konflik internal yang
meluluhlantakan persatuan ummat Islam. Wallahu 'Alam
(disadur oleh Habib Miqdad " Buletin Dakwah Hawariy JABAR Media Komunikasi Muhibin Abuya Prof DR Muhammad Alawi Al Maliki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar